Cerpen Penyesalan

         Banyak yang mengatakan bahwa Aulia adalah seorang perempuan yang berbeda dari yang lain. Hidup miskin bukan alasan untuk tak bisa bersekolah. Hidup di kampung sangat digemarinya walau ia hidup hanya dengan seorang ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal sejak Aulia belum lahir. Aulia terkadang hanya bisa melihat kebahagiaan sahabatnya “Nabila” bukan suatu hal yang salah. Selain Nabila mempunyai kedua orang tua yang lengkap, dia juga salah satunya orang terkaya di desa nya.
Hawa dingin di desa Aulia kini telah membangunkan Aulia dari tidurnya. Matahari kini mulai menampakkan tubuhnya sedikit demi sedikit. Ayam-ayam pun telah berkokok dengan semangatnya. Aulia mendekati ibunya yang sedang memasak sesuatu namun, bau masakan ibunya kini telah masuk ke dalam lubang hidung Aulia. “ibu memasak apa? Aulia mau dong” tangan Aulia kini menarik tarik baju ibunya, seolah olah dia segera ingin merasakan bagaimana lezatnya masakan ibunya. “Sholat subuh dulu sayang, baru kau boleh merasakan makanan ini” ujar ibunya. Aulia segera berlari menuju ke kamar mandi untuk wudhu dan berlari dengan cepat menuju kamar. Ia ambil mukena dan sajadah. Sebenarnya ia sudah tak sabar untuk merasakan masakan ibunya, namun apa yang harus ia perbuat? sudahlah laksanakan saja.
Ibu Aulia menggeletakan hasil masakannya di meja makan yang terbuat dari kayu yang mungkin kini sudah mulai rapuh. Setelah Aulia menyelesaikan sholatnya, ia lipat mukena dan sajadahnya, ditaruhnya di atas lemari pakaian. Ia berlari begitu saja, menuju di ruang makan. “huummm bau nya membuat perutku keroncongan ibu! bolehkah aku makan sekarang” katanya. Ibu hanya mengangguk pelan. Ditatapnya wajah ibunya yang berbeda dari biasannya. Pucat, dan badannya begitu dingin sedingin es batu. Aulia masih binggung, menggapa di meja makan hanya terdapat satu mangkok sop? mengapa tak dua? lalu ibunya?. “tidak aku tidak mau makan! lalu ibu makan apa! pasti masakan yang satunya diberikan oleh Nabila! lalu ibu makan apa?” ujar Aulia seakan-akan marah padanya. Nabila memang satu-satunya teman Aulia. namun ia selalu saja meminta makanan pada ibu Aulia, sebenarnya dia adalah anak orang kaya. Namun! yapp begitulah sifat jeleknya. “Biarlah makanan itu ibu berikan kepada sahabat mu. Amal nak, yang menyelamatkan ibu mu dari api neraka” ucap ibu Aulia lembut. “Tidak! ibu itu tak punya mata apa! dia orang kaya bu! dia bisa membeli makanan yang lebih mahal dan enak, Ibu jahat dan tak punya otak!” ujar Aulia marah “plakkk” satu tamparan mendarat di pipi Aulia. Aulia tak menyaka ibunya akan melakukan itu padanya. Tiba-tiba ibunya pingsan tak tau karena apa. Karena Aulia sedang marah kepada ibunya. Tubuh Ibunya dingin, dan nyawa pun tak dapat lagi di pegang. Namun Aulia tetap tak menggubris meninggalnya sesosok wanita yang sangat dicintainya.
Selama 1 hari Aulia tak menyadari bahwa ibunya sudah tak bernyawa. Setelah ia pikir, mengapa ibunya tak bangun-bangun? setelah itu, hujan mengguyur rumah ini. Aulia terbiasa di saat hujan dipeluk ibunya. Namun mengapa ibunya tak juga bangun? Aulia mnengoyang goyangkan mayat ibunya ini. “ibuuuu” Aulia menangis sekencang hembusan angin, hidupnya kini seperti seekor anak kucing yang membutuhkan kehangatan induknya. Namun, nasib berkata lain.

Cerpen Karangan: Octaviana Via
Facebook: Octaviana Via
nama: Octaviana Indah Fitriani


Sumber :    http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/penyesalan-9.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adat Istiadat Jawa Tengah

Kesimpulan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari suatu perusahaan

Tugas Softskill Metologi Penelitian Penulisan Ilmiah